PENGERTIAN ALINEA
Paragraf atau alinea adalah suatu
bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat.
Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu
diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat
dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh
kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal
paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang
kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang
dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap
sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau
dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah.
Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang
komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan
wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri dari
satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi
seseorang mewujudkan sebuah karangan.
Syarat Paragraf
Paragraf
yang efektif harus memenuhi dua syarat ,yaitu adanya kesatuan dan kepaduan.
1) Kesatuan paragraf
Sebuah
paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam paragraf hanya
membicarakan satu ide pokok ,satu topik / masalah. Jika dalam sebuah paragraf
terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang di bicarakan, berarti
dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah.
2) Kepaduan paragraf
Seperti halnya
kalimat efektif , dalam paragraph ini juga dikenal istilah kepaduan atau
koherensi. Kepaduan paragraf akan terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus
dan lancer serta logis. Untuk itu, cara repetisi, jasa kata ganti dan kata
sambung, serta frasa penghubung dapat dimanfaatkan. Selengkapnya mengenai syarat paragraf.
Pengembangan paragraf sangat berkaitan erat dengan posisi kalimat topik karena kalimat
topiklah yang mengandung inti permasalahan atau ide utama paragraf.
Pengembangan paragraph deduktif, misalnya, yang menempatkan ide/gagasan utama
pada awal paragraf, pasti berbeda dengan pengembangan paragraf induktif yang
merupakan kebalikan dari paragraf deduktif. Demikian juga dengan tipe paragraf
yang lainnya.
Selain
kalimat topik, pengembangan paragraf berhubungan pula dengan fungsi paragraf
yang akan dikembangkan: sebagai paragraf pembuka, paragraf pengembang, atau
paragraf penutup. Fungsi tersebut akan mempengaruhi pemilihan metode
pengembangan karena misi ketiga paragraf tersebut dalam karangan saling berbeda
.
Metode pengembangan paragraf akan
bergantung pada sifat informasi yang akan disampaikan,yaitu: persuasive,
argumentatif, naratif, deskriptif, dan eksposisi. Metode tersebut sudah pasti
digunakan untuk mengembangkan alinea argumentatif, misalnya akan berbeda dengan
naratif.
Setelah
mempertimbangkan factor tersebut barulah kita memilih salah satu metode
pengembangan paragraf yang dianggap paling tepat dan efektif. Diantara banyak
metode pengembangan paragraf yang terdapat di dalam buku – buku komposisi,
disini diangkat enam metode yang umum dipakai untuk mengembangkan alinea dalam
penulisan karangan. Metode yang dimaksud adalah : metode definisi, metode
contoh, metode sebab-akibat, metode umum khusus, dan metode klasifikasi.
Didalam
mengarang, keenam metode pengembangan paragraf tersebut dapat dipakai silih
berganti sesuai dengan keperluan mengarang si penulisnya.
1) Metode Definisi
Yang
dimaksud dengan definisi adalah usaha penulis untuk menerangkan
pengertian/konsepistilah tertentu. Untuk dapat merumuskan definisi yang jelas,
penulis hendaknya memperhatikan klasifikasi konsep dan penentuan cirri khas
konsep tersebut. Satu hal yang perlu diingat dalam membuat definisi, kita tidak
boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan di dalam teks definisi
itu
2) Metode Proses
Sebuah
paragraf dikatakan memakai metode proses apabila isi alinea menguraikan suatu
proses. Proses ini merupakan suatu urutan tindakan atau perbuatan untuk
menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Bila urutan atau tahap – tahap kejadian
berlangsung dalam waktu yang berbeda, penulis harus menyusunnya secara runtut
(kronologis). Banyak sekali peristiwa atau kejadian yang prosesnya berbeda satu
sama lainnya. Proses kerja suatu mesin , misalnya, tentu berbeda sangat jauh
dengan proses peristiwa sejarah.
3) Metode Contoh
Dalam
karangan ilmiah, contoh dan ilustrsi selalu ditampilkan. Contoh-contoh terurai,
lebih-lebih yang memerlukan penjelasan rinci tentu harus disusun berbentuk
paragraf.
4) Metode Sebab-Akibat
Metode
sebab-akibat atau akibat-sebab (kausalitas) dipakai untuk menerangkan suatu
kejadian dan akibat yang ditimbulkannya, atau sebaliknya. Factor yang
terpenting dalam metode kausalitas ini adalah kejelasan dan kelogisan. Artinya,
hubungan kejadian dan penyebabnya harus terungkap jelas dan informasinya sesuai
dengan jalan pikiran manusia. Metode kausalitas atau sebab-akibat umumnya
tampil di tengah karangan yang berisi pembahasan atau analisis. Sifat
paragrafnya argumentative murni atau dikombinasikan dengan deskriptif ata
eksposisi.
5) Metode Umum-Khusus
Metode
umum-khusnya dan khusus-umum paling banyak dipakai untuk mengembangkan gagasan
paragraf agar tampak teratur. Bagi penulis pemula, belajar menyusun paragraf
dengan metode ini adalah yang paling disarankan. Pertimbangannya, di samping
mengembangkan urutan umum-khusus relative lebih gampang,juga karena model
inilah yang paling banyak dipakai dalam karangan ilmiah dan tulisan eksposisi
seperti arikel dalam media massa.
6) Metode Klasifikasi
Bila
kita akan mengelompokan benda-benda atau non benda yang memiliki persamaan ciri
seperi sifat, bentuk, ukuran, dan lain-lain, cara yang paling tepat adalah
dengan metode klasifikasi. Klsifikasi sebenarnya bukan khusu untuk persamaan
factor tersebut di atas, tetapi juga untuk perbedaan. Namun, pengelompokan
tidak berhenti pada inventarisasi persamaan dan perbedaan. Setelah
dikelompokan, lalu dianalisis untuk mendapatkan generalisasi, atau paling tidak
untuk diperbandingkan atau dipertentangkan satu sama lainnya.
MACAM-MACAM ALINEA
Paragraf
memiliki banyak ragamnya. Untuk membedakan paragraf yang satu dari paragraf
yang lain berdasarkan kelompoknya,yaitu : jenis paragraf menurut posisi kalimat
topiknya, menurut sifat isinya, menurut fungsinya dalam karangan.
1) Jenis paragraf menurut posisi
kalimat topiknya
Kalimat
yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan
utama itulah keberadaan kalmat topic dan letak posisinya dalam paragraf menjadi
penting. Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri
bagisebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapa dibedakan
atas empat macam, yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf
deduktif-induktif, paragraf penuh kalimat topik.
A. Paragraf Deduktif
Adalah
paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraf
,yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu
menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf
(urutan umum-khusus).
Contoh paragraf deduktif :
" Olahraga akan membuat
badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Fisik orang yang
berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah berolahraga sangat jelas
berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga fisik kita tidak mudah lelah,
sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga fisiknya akan cepat lelah
dan mudah terserang penyakit."
Contoh paragraf deduktif
" Orang yang sukses adalah
orang yang mampu menangkap sebuah peluang dan memanfaatkan peluang itu untuk
meraih suatu keberhasilan. Kemampuan membaca dan memanfaatkan peluang itulah
yang menghantar Rahayu S. Purnami, lulusan Farmasi Universitas Padjadjaran
Bandung, sampai kepada kesuksesan menjadi pengusaha salon keliling yang
memberikan pelayanan “door to door”.
B. Paragraf Induktif
Bila
kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf
induktif, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu,barulah
diakhiri dengan pokok pembicaraan.
Contohnya:
" Pak Sopian memiliki kebun
kakao seluas 1 hektar. Tetangganya, Pak Gatot, juga memiliki kebun kakao seluas
1 hektar. Adik Pak Gatot, Ali Bashya, malah memiliki kebun kakao yangt lebih
luas daripada kakaknya, yaitu 2,5 hektar. Tahun ini merupakan tahun ketiga bagi
mereka memanen kakao. Seperti mereka, dari 210 penduduk petani di Desa
Sriwaylangsep, 175 kepala keluarga berkebun kakao. Maka, tidaklah heran apabila
Desa Sriwaylangsep tersebut dikenal dengan Desa Kakao.
Contoh paragraf induktif ."
" Yang menyebabkan banjir di
Jakarta sangat jelas disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Contohnya saja
masih banyak orang-orang yang buang sampah yang tidak pada tempatnya. Selain
itu masyarakat juga tidak peduli terhadap selokan di sekitarnya. Oleh sebab itu
maka seharusnya pemerintah setempat harus lebih mensosialisasikan bahaya banjir
kepada masyarakat. Supaya masyarakat dapat ikut serta dalam bersosialisasi
terhadap bahaya banjir. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa seluruh
masyarakat dan pemerintah setempat harus menggalakan supaya Jakarta bebas banjir
dengan cara membuang sampah pada tempatnya dan membersihkan selokan di
sekitarnya."
C. Paragraf Deduktif-Induktif
Bila
kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah
paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan
atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.
" Pemerintah menyadari bahwa
rakyat Indonesia memerlukan rumah yang kuat,murah, dan sehat. Pihak dari
pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat.
Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan gunung beapi sangat menarik
perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah. Usaha ini menunjukan
bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat, murah dan sehat untuk
memenuhi kebutuhan rakyat."
D. Paragraf penuh kalimat topik
Seluruh
kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat
yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi
akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya
sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian
bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.
Contoh paragraf penuh kalimat
topik :
" Pagi hari itu aku
berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan udara yang sejuk dan
menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara ayam berkokok yang
menandakan pagi hari yang sangat indah. Kuhirup udara pagi yang segar
sepuas-puasku."
2) Jenis Paragraf Menurut Sifat
Isinya
Isi
sebuah paragraf dapat bermacam-macam bergantung pada maksud penulisannya dan
tuntutan korteks serta sifat informasi yang akan disampaikan.Penyelarasan sifat
isi paragraf dengan isi karangan sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan
menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga.
Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat
digolongkan atas lima macam,yaitu:
o Paragraf Persuasif : adalah isi
paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca.
Paragraf persuasif banyak dipakai dalam penulisan iklan,terutama majalah dan
Koran . Sedangkan paragraf argumentasi, deskripsi, daneksposisi umumnya dipakai
dalam karangan ilmiah seperti buku,skripsi makalah dan laporan. Paragraf
naratif sering dipakai untuk karangan fiksi seperti cerpen dan novel.
Contoh : “Marilah kita membuang
sampah pada tempatnya, agar lingkungan kita bebas dari banjir dan bebas dari
penyakit yang disebabkan oleh sampah – sampah yang di buang tidak pada
tempatnya. Oleh karena itu, perlu kesadaran pada diri kita masing – masing untuk
membuang sampah pada tempatnya.
o Paragraf argumentasi : adalah
isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti_bukti alasan yang mendukung.
Contoh : “Menurut Ketua panitia,
Derrys Saputra, mujur merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh HMTK
untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru. Bersamaan dengan berakhirnya masa
jabatan kepengurusan MHTK periode 2008 – 2009, maka sebagai penggantinya
dilakukan mujur untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru untuk masa
kepengurusan 2009 – 20010.”
o Paragraf naratif : adalah isi
paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk data atau cerita.
Contoh : “ Pada game pertama,
Kido yang bermain dengan lutut kiri dibebat mendapat perlawanan ketat Chai/Liu
hingga skor imbang 16 – 16. pada posisi ini, Kido/Hendra yang lebih
berpengalaman dalam berbagai kejuaraan memperlihatkan keunggulan mereka.”
o Paragraf deskritif : adalah
paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.
Contoh : “Kini hadir mesin cuci
dengan desain bunga chrysant yang terdiri dari beberapa pilihan warna, yaitu
pink elegan dan dark red untuk ukuran tabung 15 kg. Disamping itu, mesin cuci
dengan bukaan atas ini juga sudah dilengkapi dengan LED display dan
tombol-tombol yang dapat memudahkan penggunaan. Adanya fitur I-sensor juga akan
memudahkan proses mencuci”.
o Paragraf eksposisi : adalah
paragraf yang memaparkan sesuatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu.
Contoh :“Rachmat Djoko Pradopo
lahir 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah. Tamat SD dan SMP (1955) di
Klaten, SMA II (1958) di Yogyakarta. Masuk Jurusan Sastra Indonesia Universitas
Gadkah Mada, tamat Sarjana Sastra tahun 1965. pada tahun 1978 Rachmat mengikuti
penataran sastra yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Jakarta bersama ILDEP
dan terpilih untuk melanjutkan studi di Pascasarjana Rijkuniversiteit Leiden,
Nederland, tahun 1980 – 1981, di bawah bimbingan Prof. Dr. A. Teeuw”.
3) Jenis Paragraf Menurut
Fungsinya dalam Karangan
Menurut
fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:
1) Paragraf Pembuka
Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan .
Sebagai bagian awal sebuah
karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:
1. menghantar pokok pembicaraan
2. menarik minat pembaca
3. menyiapkan atau menata pikiran
untuk mengetahui isi seluruh karangan.
Setelah
memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan paragraf pembuka
memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka
harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk
berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka,yaitu:
1. kutipan, peribahasa, anekdot
2. pentingnya pokok pembicaraan
3. pendapat atau pernyataan
seseorang
4. uraian tentang pengalaman
pribadi
5. uraian mengenai maksud dan
tujuan penulisan
6. sebuah pertanyaan.
2) Paragraf Pengembang
Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah
dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat
difungsikan untuk:
1.mengemukakan inti persoalan
2. memberikan ilustrasi
3. menjelaskan hal yang akan
diuraikan pada paragraf berikutnya
4. meringkas paragraf sebelumnya
5. mempersiapkan dasar bagi
simpulan.
3)Paragraf Penutup
Paragraf
ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf
ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas.
Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian
harus memperhatikan hal sebagai berikut :
1. sebagai bagian
penutup,paragraf ini tidak boleh terlslu psnjsng
2. isi paragraf harus berisi
simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
3. sebagai bagian yang paling
akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat menimbulkan kesan yang medalam bagi
pembacanya
SYARAT-SYARAT ALINEA
1. Kesatuan paragraf
Contoh yang jelas kesatuannya.
Setiap orang dilahirkan dan dibesarkan di dalam lingkungan keluarga. Tidak seorang pun yang tidak mengalami kehidupan seperti itu dalam keluarga. Pemeliharaan dan pembinaan seorang anak adalah perwujudan cinta kasih orang tua. Secara alamiah, orang tua mempunyai rasa cinta terhadap anak. Bagaimanapun keadaannya, orang tua tetap akan memelihara anaknya dengan penuh kasih sayang.
Yang tidak jelas kesatuannya:
(1) Seminggu yang lalu dipenuhi hari-hari pertarungan tidak hanya di medan pertempuran Iran-Irak tetapi juga di meja perundingan ekonomi internasional. (2) Dollar AS terus menyerang menyudut Yen Jepang dan Mark Jerman Barat. (3 ) AS sudah lama bekerjasama dengan Jerman Barat mengenai penempatan rudal-rudal berjarak sedang itu di beberapa kota di Jerman Barat. (4) Tetapi AS belum tentu akan menang, sementara korban yang menderita diperkirakan tidak hanya ekonomi Jepang dan Jerman Barat.
2. Koherensi
Maksudnya : keserasian hubungan timbal-balik antar kalimat dalam sebuah paragraf. Paragraf di bawah ini paragraf tanpa koherensi.
Besarnya dana untuk membangun AL yang dikeluarkan pemerintah Federal dalam periode tersebut dimaksudkan untuk mendukung politik luar negeri AS dalam periode yang sama, yaitu:
1. untuk menjamin dana memperluas ruang lingkup Doktrin Monroe terutama untuk wilayah Karibia,
2. untuk memperoleh wilayah Terusan Panama,
3. untuk menjamin “Politik Pintu Terbuka” terhadap Cina dan meningkatkan kepentingan AS di Timur Jauh, dan
4. untuk membantu memelihara keseimbangan kekuatan Eropa.
Kesatuan dalam paragraf itu, dibentuk tanpa koherensi tetapi melalui rincian gagasan utama,“dana dimaksudkan sebagai pendukung politik luar negeri AS”.
Kesatuan paragraf yang memerlukan koherensi itu dapat diperhatikan melalui hal-hal berikut:
a. Pengulangan (Repetisi)
Contoh :
Secara kultural kita terlihat dalam suatu situasi transformasi yang besar, pesat, dan menyeluruh. Besar karena ia terjadi secara serentak di hampir segala penjuru dunia, pesat karena ia terjadi dalam tempo yang kadang-kadang tak terkendali, menyeluruh karena ia menyangkut segala bidang kehidupan, pengetahuan, ekonomi, teknologi, politik, bahasa, kesenian, dan religi. Transformasi itu adalah transformasi kultural karena manusia adalah awal dan tujuan serta sebab dan penderita dari situasi itu. Kata- kata transformasi, besar, pesat, dan menyeluruh disengaja pengulangannya guna penekanan gagasan pada kata-kata yang diulang tersebut.
b. Penggunaan kata ganti
Contoh :
Dengan penuh kepuasan Pak Marto mendatangi hamparan padi yang tumbuh dengan subur. Jerih payahnya tidak sia-sia. Beberapa bulan lagi ia akan memetik hasilnya. Sudah terbayang di matanya orang sibuk memotong, memanggul padi berkarung-karung, dan menimbunnya di dalam rumah. Tentu anaknya, Suni dan calon menantunya, Acep , akan ikut bergembira. Hasil panen yang berlimpah ittentu dapat menghantarkan mereka ke mahligai perkawinan.
c. Penggunaan Kata Penghubung
Penggunaan kata penghubung koherensi paragraf dilakukan penulis apabila :
1. kesulitan dalam menggunakan repetisi dan kata ganti,
2. paragraf itu tidak menekankan gagasan tetapi lebih bersifat memperjelas,
3. menjaga kesatuan paragraf dan juga memperhatikan kesinambungan dengan paragraf selanjutnya, dan
4. upaya penulis mengarahkan gagasan pada keterangan yang menyatakan hubungan tambahan, hubungan pertentangan, hubungan perbandingan, hubungan sebab, hubungan singkatan, hubungan tujuan, hubungan waktu, dan hubungan tempat.
Contoh :
Praktek menyampaikan gugatan jarang terjadi karena akan banyak memerlukan tenaga hakim. Oleh karena itu, rencana pemerintah melipatgandakan hakim baru akan banyak membantu mereka yang tidak mampu secara ekonomis di dalam pengadilan. Dengan demikian, kecenderungan masyarakat untuk berpendapat bahwa hukum hanya untuk orang kaya saja akan berkurang.
Pada contoh paragraf di atas kata penghubung yang digunakan adalah frase penghubung oleh karena itu, dan dengan demikian, sehingga cenderung menunjukkan hubungan sebab ( kausal ).
Contoh yang jelas kesatuannya.
Setiap orang dilahirkan dan dibesarkan di dalam lingkungan keluarga. Tidak seorang pun yang tidak mengalami kehidupan seperti itu dalam keluarga. Pemeliharaan dan pembinaan seorang anak adalah perwujudan cinta kasih orang tua. Secara alamiah, orang tua mempunyai rasa cinta terhadap anak. Bagaimanapun keadaannya, orang tua tetap akan memelihara anaknya dengan penuh kasih sayang.
Yang tidak jelas kesatuannya:
(1) Seminggu yang lalu dipenuhi hari-hari pertarungan tidak hanya di medan pertempuran Iran-Irak tetapi juga di meja perundingan ekonomi internasional. (2) Dollar AS terus menyerang menyudut Yen Jepang dan Mark Jerman Barat. (3 ) AS sudah lama bekerjasama dengan Jerman Barat mengenai penempatan rudal-rudal berjarak sedang itu di beberapa kota di Jerman Barat. (4) Tetapi AS belum tentu akan menang, sementara korban yang menderita diperkirakan tidak hanya ekonomi Jepang dan Jerman Barat.
2. Koherensi
Maksudnya : keserasian hubungan timbal-balik antar kalimat dalam sebuah paragraf. Paragraf di bawah ini paragraf tanpa koherensi.
Besarnya dana untuk membangun AL yang dikeluarkan pemerintah Federal dalam periode tersebut dimaksudkan untuk mendukung politik luar negeri AS dalam periode yang sama, yaitu:
1. untuk menjamin dana memperluas ruang lingkup Doktrin Monroe terutama untuk wilayah Karibia,
2. untuk memperoleh wilayah Terusan Panama,
3. untuk menjamin “Politik Pintu Terbuka” terhadap Cina dan meningkatkan kepentingan AS di Timur Jauh, dan
4. untuk membantu memelihara keseimbangan kekuatan Eropa.
Kesatuan dalam paragraf itu, dibentuk tanpa koherensi tetapi melalui rincian gagasan utama,“dana dimaksudkan sebagai pendukung politik luar negeri AS”.
Kesatuan paragraf yang memerlukan koherensi itu dapat diperhatikan melalui hal-hal berikut:
a. Pengulangan (Repetisi)
Contoh :
Secara kultural kita terlihat dalam suatu situasi transformasi yang besar, pesat, dan menyeluruh. Besar karena ia terjadi secara serentak di hampir segala penjuru dunia, pesat karena ia terjadi dalam tempo yang kadang-kadang tak terkendali, menyeluruh karena ia menyangkut segala bidang kehidupan, pengetahuan, ekonomi, teknologi, politik, bahasa, kesenian, dan religi. Transformasi itu adalah transformasi kultural karena manusia adalah awal dan tujuan serta sebab dan penderita dari situasi itu. Kata- kata transformasi, besar, pesat, dan menyeluruh disengaja pengulangannya guna penekanan gagasan pada kata-kata yang diulang tersebut.
b. Penggunaan kata ganti
Contoh :
Dengan penuh kepuasan Pak Marto mendatangi hamparan padi yang tumbuh dengan subur. Jerih payahnya tidak sia-sia. Beberapa bulan lagi ia akan memetik hasilnya. Sudah terbayang di matanya orang sibuk memotong, memanggul padi berkarung-karung, dan menimbunnya di dalam rumah. Tentu anaknya, Suni dan calon menantunya, Acep , akan ikut bergembira. Hasil panen yang berlimpah ittentu dapat menghantarkan mereka ke mahligai perkawinan.
c. Penggunaan Kata Penghubung
Penggunaan kata penghubung koherensi paragraf dilakukan penulis apabila :
1. kesulitan dalam menggunakan repetisi dan kata ganti,
2. paragraf itu tidak menekankan gagasan tetapi lebih bersifat memperjelas,
3. menjaga kesatuan paragraf dan juga memperhatikan kesinambungan dengan paragraf selanjutnya, dan
4. upaya penulis mengarahkan gagasan pada keterangan yang menyatakan hubungan tambahan, hubungan pertentangan, hubungan perbandingan, hubungan sebab, hubungan singkatan, hubungan tujuan, hubungan waktu, dan hubungan tempat.
Contoh :
Praktek menyampaikan gugatan jarang terjadi karena akan banyak memerlukan tenaga hakim. Oleh karena itu, rencana pemerintah melipatgandakan hakim baru akan banyak membantu mereka yang tidak mampu secara ekonomis di dalam pengadilan. Dengan demikian, kecenderungan masyarakat untuk berpendapat bahwa hukum hanya untuk orang kaya saja akan berkurang.
Pada contoh paragraf di atas kata penghubung yang digunakan adalah frase penghubung oleh karena itu, dan dengan demikian, sehingga cenderung menunjukkan hubungan sebab ( kausal ).
Sumber : Alinea syarat alinea
Chandra Hikari
21110552
3KB02