PENGERTIAN KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun
tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh
kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun
proses fonologis lain. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru
(!); dan di dalamnya dapat disertakan tanda baca seperti koma (,), titik dua
(:), pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru pada wujud
tulisan sepadan dengan intonasi akhir pada wujud lisan sedangkan spasi yang
mengikuti mereka melambangkan kesenyapan. Tanda baca sepadan dengan jeda.
UNSUR KALIMAT
Unsur kalimat adalah: Subyek
(S), Predikat (P), Obyek (O), dan Keterangan (K).
A. Subyek:
Subyek adalah unsur kalimat yang menunjukkan pelaku.
Subyek dapat berupa
1) kata benda atau kata yang dibendakan (frasa nominal)
Contoh:
Pertemuan
itu ditunda sampai minggu depan. (Subyek, Pertemuan itu, kata
benda)
Panasnya sangat
menyengat. (Subyek, Panasnya, kata keadaan yang dibendakan)
Mahasiswa yang pemalu itu memenangkan lomba melukis. (Subyek, Mahasiswa
yang pemalu itu, frasa nominal)
2) Subyek disertai kata ganti penunjuk, ini, itu, dan tersebut yang
ditempatkan di antara subyek dan predikat, bahkan kata ganti penunjuk itu
sendiri dapat bertindak menjadi subyek.
Contoh:
Perhiasannya anggun. (Meja itu, subyek)
Itu perhiasan
anggun. (Itu, subyek)
3) Subyek berupa jawaban atas pertanyaan apa yang dan siapa
yang.
Contoh:
Buku
itu saya serahkan.
Saya menyerahkan
buku itu.
4) Subyek boleh didahului kata tugas, yaitu kata depan dan kata
penghubung,
kecuali bahwa. Kata
tugas ini berfungsi untuk memperluas kalimat.
Contoh:
Sudah kami ketahui bahwa ia tidak datang.
Telah terbukti bahwa
ia mencuri.
Dari hasil laboratorium
diketahui bahwa golongan darah mereka sama.
5) Subyek dapat diberi
keterangan pewatas yang Keterangan pewatas yang ditempatkan
di belakang kata atau kelompok kata yang bertindak sebagai subyek.
Contoh:
Icuk Sugiato yang juara dunia
bulu tangkis tahun 1983 kalah lagi bertanding dengan Yang Yang.
6) Subyek dapat dihilangkan dalam kalimat majemuk.
Contoh:
Mereka ingin pulang
karena (mereka) sudah terlalu letih.
Mereka ingin pulang
karena sudah terlalu letih.
Dia bukan dokter
melainkan (dia) produser film.
Dia bukan dokter melainkan produser film.
B.
Predikat:
Predikat adalah bagian
kalimat yang memberitahu subyek melakukan apa atau subyek dalam keadaan
bagaimana. Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar
berkelas verba atau ajektiva, tetapi dapat pula nomina atau frasa nominal.
1) Predikat berupa
kata (kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata depan)
dan kelompok kata.
Predikat ditempati oleh lima
kelas kata atau kelompok kata sbb.:
a) Predikat
berupa kata benda atau frasa nomina
Mereka itu mahasiswa.
Bapak itu pimpinan perusahaan
b) Predikat
berupa kata kerja atau frasa verba
Mereka belajar di
teras rumah.
Dia datang memenuhi janjinya.
c) Predikat
berupa kata sifat atau frasa ajektiva.
Mereka malas ke sekolah pagi ini.
Harganya mahal sekali.
d) Predikat
berupa kata bilangan atau numeralia.
Kenaikan rata-rata 5 %.
Jumlah penonton sekitar seribu orang.
2) Predikat
itu merupakan jawaban atas mengapa atau bagaimana.
Mereka sedang
berdiskusi.
Pertemuan itu kurang menarik.
3) Permutasian
Predikat dengan Subyek
Dosen itu datang terlambat.
Datang terlambat dosen itu.
4) Predikat
dapat didahului kata (-kata) keterangan aspek atau modalitas.
Orang itu (sudah, akan, belum, telah) menjadi wartawan terkenal di ibukota.
5) Peran
dalam predikat
Peran predikat dalam kalimat
mengungkapkan tiga informasi, yaitu:
a) Pernyataan
Contoh:
Pedagang terkenal itu anak
seorang nelayan. (Predikat berupa frasa nominal)
b) Perintah
Dalam peran perintah perlu
diperhatikan beberapa cacatan penting.
i) Subyek
dapat ditiadakan
ii) Setiap
kalimat diakhiri dengan tanda seru.
iii) Dapat
berupa kata kerja tanpa imbuhan (aus) seperti: pulang, pergi, gerak, dan
tenang.
iv) Partikel lah mempertegas
(kalimat) perintah
v) Kata-kata
seperti: ayo, silahkan, mari, oke, dilarang, jangan, dan harap memperhalus
peran perintah menjadi ajakan, permohonan, dan larangan, sepeti
contoh:
Harap tenang!
Perhatikan baik-baik!
Jangan dibagikan dahulu!
c) Pertanyaan
Peran pertanyaan dinyatakan
dengan intonasi menaik dan menurun serta tanda tanya (?) dalam kalimat tulis.
Perlu diketahui beberapa hal
tentang peran pertanyaan ini.
i) Semua
kelas kata atau frasa yang menempati predikat dapat menyatakan pertanyaan
seperti terlihat dalam semua contoh
ii) Partikel kah dapat
ditambahkan sebagai penekanan
Contoh: Marahkah dia?
iii) Dengan
merubah intonasi, yaitu intonasi menaik atau menurun,
predikat
pernyataan dapat menjadi predikat pertanyaan
Contoh: Dia ke sini kemarin. (Pernyataan)
Dia kesini kemarin? (Pertanyaan)
iv) Kata
tanya seperti: apa, siapa, bagaimana, mengapa, di mana, kapan
dapat ditambahkan dan
intonasi kalimat akan menurun.
Contoh: Apa isi surat ini?
C. Obyek
Unsur Obyek melengkapi kesempurnaan kalimat aktif transitif.
Kehadiran Obyek merupakan suatu keharusan.
1) Obyek hanya terdapat dalam kalimat aktif transitif
Contoh: Nurul menimang adik.
Dia menceritakan pengalamannya.
2) Obyek selalu terletak di
belakang predikat dengan pola
subyek – predikat – obyek atau pola predikat – obyek – subyek.
Contoh: Mereka mendiskusikan GBHN
Mendiskusikan GBHN mereka?
3) Obyek
tidak boleh didahului oleh kata depan atau kata penghubung kecuali kata bahwa yang
sebenarnya lebihmenunjukkan kenominalan obyek
Contoh: Dia menceritakan bahwa pengalamannya selama
setahun di tahanan lebih banyak dukanya daripada
sukanya.
4) Obyek
ditempati oleh jenis kata benda, frasa nomina, dan klausa nomina. Obyek
dalam kalimat aktif transitif dapat berubah menjadi subyek dalam kalimat pasif
dengan pergantian awalan me- menjadi awalan di- pada unsur
predikat.Tetapi, tidak semua kalimat pasif mempunyai obyek. Selain itu, obyek
pada kalimat aktif transitif disebut obyek penderita atau yang dikenai tindakan
dari unsur subyek. Obyek yang terdapat pada kalimat pasif merupakan obyek
pelaku dengan sasarannya unsur subyek.
D. Keterangan:
Keterangan (Ket. ) adalah bagian kalimat yang menerangkan
berbagai hal tentang bagian kalimat. Unsur Ket. dapat berfungsi menerangkan
Subyek, Predikat, Obyek, dan Pelengkap. Posisinya dapat di awal, di
tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket. adalah frasa nominal, frasa
preposisional, adverbia, atau kausa.
Contoh:
Polisi menyelidiki masalah itu dengan hati-hati.
Rustam sekarang sedang belajar.
Karena
hujan, saya tidak pergi.
POLA KALIMAT DASAR
Kalimat yang paling sederhana
berpola S-P, meskipun ada yang hanya berpola P. Yang paling kompleks adalah
yang berpola S-P-O-Pel-Ket.
Contoh:
1. S-P:
Saya mahasiswa.
2. S-P-O:
Rani mendapat hadiah.
3. S-P-Pel:
Beliau menjadi ketua koperasi.
4. S-P-Ket:
Kami tinggal di Jakarta.
5. S-P-O-Pel:
Dia mengirimi ibunya uang.
6. S-P-O-Ket:
Riska menyimpan uang di bank.
7. S-P-O-Pel-Ket:
Rudy membelikan anaknya boneka tadi siang.
MACAM-MACAM KALIMAT
Menurut
strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat
pula berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara
(koordinatif), tidak setara(subordinatif), ataupun campuran
(koordiatif-subordinatif).
A. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas
satu subjek dan satu predikat. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu
terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
1. Mahasiswa berdiskusi
S: KB + P:
KK
2. Dosen ramah
S: KB + P:
KS
3. Harga buku itu
sepuluh ribu rupiah.
S: KB + P:
Kbil
Pola 1 adalah pola yang
mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan predikat (P) kata kerja (berdiskusi).
Kalimat itu menjadiMahasiswa berdiskusi
S
P
Pola 2 adalah pola kalimat
yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata sifat(ramah).
Kalimat itu menjadi Dosen ituramah.
S
P
Pola 3 adalah pola kalimat
yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat kata bilangan (sepuluh
ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga buku itu sepuluh
ribu rupiah.
S
P
Memperluas kalimat tunggal
kemungkinan diperluas menjadi dua puluh kata atau lebih. Perluasan kalimat itu,
antara lain, terdiri atas:
1. keterangan tempat,
seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Yogyakarta, dalam
republik itu, dan sekeliling kota;
2. keterangan waktu, seperti setiap hari, pada pukul 19.00,
tahun depan, kemarin sore, dan minggu kedua bulan ini;
3. keterangan alat seperti dengan linggis, dengan
undang-undang itu, dengan sendok dan garpu, dengan wesel pos, dan dengan
cek;
4. keterangan modalitas, seperti harus,barangkali,
seyogyanya, sesungguhnya dan sepatutnya;
5. keterangan cara, seperti dengan hatihati, seenaknya saja,
selakas mungkin, dan dengan tergesa-gesa;
6. keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7. keterangan tujuan, seperti agar bahagia, supaya
tertib, untuk anaknya, dan bagi kita;
8. keterangan sebab, seperti karena tekun, sebab berkuasa, dan lantaran
panik;
9. frasa yang, seperti mahasiswa yang Ipnya 3
ke atas, para atlet yang sudah menyelesaikan latihan, dan pemimpin
yang memperhatikan takyatnya;
10. keterangan aposisi, yaitu keterangan yang sifatnya saling
menggantikan, seperti penerima Kalpataru, Abdul Rozak, atau Gubernur
DKI Jakarta, Sutiyoso.
B.
Majemuk Majemuk Setara
Kalimat
majemuk setara terjadi dari dua kalimat
tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara
dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut.
1. Dua
kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika
kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat
majemuk setara penjumlahan.
Contoh:
Kami
membaca
Mereka
menulis
Kami
membaca dan mereka menulis.
2. Kedua
kalimat tunggal yang berbentuk
kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat
itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pertentangan.
Contoh:
Amerika
dan Jepang tergolong negara maju.
Indonesia
dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
3. Dua
kalimat tunggal atau lebih dapat
dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian yang
dikemukakannya berurutan.
4. Dapat
pula dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata atau jika
kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara
pemilihan.
C. Kalimat Majemuk tidak
Setara
kalimat
majemuk tak setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan induk
kalimat. Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah
pertalian gagasan dengan hal-hal lain. Mari kita perhatikan kalimat di bawah
ini.
Apabila
engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Anak
kalimat:
Apabila
engkau ingin melihat bak mandi panas.
Induk
kalimat:
Saya
akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Penanda anak kalimat ialah
kata walaupun,
meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya,
ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, bahwa, dan sebagainya.
D. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri
atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau
terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat).
Misalnya:
1. Karena hari sudah
malam, kami berhenti dan langsung pulang.
2. Kami pulang, tetapi
mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
JENIS
KALIMAT MENURUT BENTUK GAYANYA (RETORIKANYA)
Menurut gaya penyampaian atau
retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi
tiga macam, yaitu (1) kalimat
yang melepas (induk-anak), (2) kalimat yang klimaks (anak-induk), dan (3)
kalimat yang berimbang (setara atau campuran).
A. Kalimat yang Melepas
Jika kalimat itu disusun
dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh unsur
tembahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut melepas.
seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini tidak
diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:
a. Saya akan dibelikan
vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
b. Semua warga negara
harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan di negeri
ini berjalan dengan tertib dan aman.
B. Kalimat yang Klimaks
Jika kalimat itu disusun
dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat, gaya penyajian
kalimat itu disebut berklimaks.Pembaca belum dapat memahami kalimat
tersebut jika baru membaca anak kalimatnya.
Misalnya:
a. Karena sulit
kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
b. Setelah 1.138 hari
disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera
warga negara Prancis itu
dibebaskan juga.
C. Kalimat yang Berimbang
Jika kalimat itu disusun
dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu
disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang
sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya :
1. Bursa
saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba
melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
2. Jika
stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat
beribadat dengan leluasa.
JENIS KALIMAT MENURUT
FUNGSINYA
Menurut fungsinya, jenis
kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat
perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam
bentuk positif dan negatif.
A. Kalimat Pernyataan
(Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai
jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin
menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun;
tanda baca titik).
Misalnya:
Positif
: Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
Negatif
: Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
B. Kalimat Pertanyaan
(Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai
jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan.
(Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan sering
menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya:
Positif
: Mengapa dia gagal dalam ujian?
Negatif
: Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bestek yang disepakati?
C. Kalimat Perintah dan
Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika
penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu. (Biasanya,
intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif
: Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Sahluddin!
Negatif
: Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi manusia.
D. Kalimat Seruan
Kalimat seruan dipakai jika
penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau yang mendadak. (Biasanya,
ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya tanda seru atau
tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya:
Positif
: Bukan main, cantiknya.
Negatif
: Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif ialah kalimat
yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran
pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau
penulis. Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan
struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan
penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.
A. Kesepadanan
Yang dimaksud dengan
kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa
yang dipakai.
1. Kalimat
itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Kejelasan subjek dan predikat
suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di,
dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan
sebagainya di depan subjek.
2. Tidak terdapat subjek yang ganda
3. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada
kalimat tunggal
4. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
B. Keparalelan
Yang
dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga
minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap
terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
C. Ketegasan
Yang dimaksud dengan
ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok
kalimat. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
1. Meletakkan
kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
2. Membuat urutan kata yang bertahap
3. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang
ditonjolkan
5. Mempergunakan partikel penekanan
(penegasan).
D.
Kehematan
Yang dimaksud dengan
kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau
bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Ada beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan.
1. Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek
2. Penghematan dapat dilakukan dengan cara
menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
3. Penghematan dapat dilakukan dengan cara
menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara
tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
E. Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat
adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam
pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
1. Mahasiswa perguruan
tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat 1 memiliki
makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat 2 memiliki
makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima
ribu rupiah.
F. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan
ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi
yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
1. Kalimat
yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.
2. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek
+ agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif
persona.
3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan
sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat
kata kerja dan objek penderita.
G. Kelogisan
Yang dimaksud dengan
kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya
sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan kalimat di bawah
ini.
Kalimat tidak logis (tidak
masuk akal) : Waktu
dan tempat kami persilakan.
Yang logis adalah sebagai
berikut
: Bapak Menteri kami persilakan.
CHANDRA HIKARI
21110552
3KB02